© Shin Kiyo (RO)
“Kehidupan tak selamanya berjalan mulus, selalu ada jalan yang bergelombang untuk ditempu, bukan? Selalu ada pengorbanan di setiap jalan yangditempuh.”
Kedatangan Sasuke-kun terasa membawa
suasana baru yang lebih menyenangkan bagi semua orang, namun Sakura-chan tak
memandang demikian, ia memandang kedatangannya sebagi sebuah bencana. Kenapa begitu? Mungkin kejadian sekitar 3 tahun lalu
masih terkenan di batin gadis polos itu.
Tiga tahun yang lalu, keluarga Sasuke-kun membuat
keluarganya hancur, karena ayah Sasuke-kun mengambil alih proyek yang bernilai
1 M yang membuat ayahnya bangkrut, dan ibunya tiba-tiba saja meninggalkan ayahnya.
Selang beberapa bulan saja ayahnya jatuh sakit dan meninggal, ibunya menyusul,
dan Sakura-chan menjadi sebatang kara. Pernah beberapa kali ayah Sasuke-kun
datang untuk meminta Sakura-chan menjadi anak angkatnya. Tapi Sakura-chan
menolak hal itu mentah-mentah. Apa?
Menjadi anak manusia iblis itu? Lebih baik aku mati saja! Pikir gadis polos
itu.
Kenangan itu terasa membawa hari-harinya
menjadi sulit bagai terombang-ambing di lautan lepas dengan ombak yang dahsyat.
Tak mampu menopang penderitaannya seorang diri, ia membutuhkan seseorang untuk
menemaninya dalam suka maupun duka. Ia mencoba lari dari kenyataan, mencoba
menjauh dari keluarga Sasuke-kun saat itu. Tapi entah mengapa ia kembali
dipertemukan di sebuah Universitas ternama di Jepang. Ada apa? Ini takdir buruk, bukan? Tapi bagaimanapun dia harus berfikir positif ke depan.
Mudah-mudahan Sasuke-kun tidak mengenalinya! Tapi mana mungkin Sasuke-kun tidak
mengenalnya, sedangkan ia dan Sasuke-kun merupakan teman kecilnya dan bahkan
mereka sempat menjalin hubungan asmara, itupun sebelum ayah Sasuke-kun
menghancurkan ayahnya.
Dengan langkah mungilnya, Sakura-chan
berjalan pelan memasuki ruang kelas. Matanya langsung terfokus kepada seorang
lelaki tampan, rapi, dengan banyak gadis disekelilingnya. Huh… itu Sasuke-kun, sial! Sakura-chan menggertak giginya, menahan
emosinya yang semakin meluap-luap. Dia mencoba berjalan santai melewati
Sasuke-kun, tapi tiba-tiba matanya menjadi tidak fokus, serasa sekelilingnya
berputar. Ada apa dengannya? Apakah
anemianya kambuh lagi?. Perlahan-lahan tubuhnya mulai goyah, dan
Bruukk…
Dia terjatuh, matanya tak bisa lagi
terbuka, tertutup rapat bagai tergembok. Tapi di dalam kesakitannya itu,
dia masih sempat merasakan kehangatan
seseorang. Terasa hangat, sampai-sampai ia merasa damai dan tentram, terasa ingin tidur lebih dalam lagi, melepas semua
benak yang menjanggal di dalam kepala mungilnya. Tapi kehangatan itu tak
berlangsung lama. Ini aneh baginya, mengapa ia menginginkan lebih? Sakura-chan baka!
Perlahan-lahan ia mencoba membuka
matanya meski masih terasa berat.
Mencoba melihat siapa pemberi kehangatan itu. Siapa? Terus berpikir siapa. Matanya tiba-tiba terfokus ke suatu
titik, wajah orang itu. Ternyata itu Sasuke-kun. Sasuke-kun? Ayo Sakura-chan,
buka matam!,
itu Sasuke-kun, mengapa kau hanya terdiam, ayo luapkan kekesalanmu kepadanya,
jangan hanya melihatnya seperti it!.
Ataukah jangan bilang kau masih menyimpan rasa padanya?
Tiba-tiba emosi Sakura-chan meledak, gadis itu melemparkan benda disekitarnya kepada
Sasuke-kun. Dia tidak bisa lagi mengendalikan
emosinya, hatinya
terasa seakan tercabit-cabit lagi ketika mengingat keturunan lelaki itu tepat berada di hadapannya! Satu per satu
butiran air matanya berjatuhan.
Jangan
menangis… Jangan menangis…
Gadis itu menggertak dalam hati. Jangan sampai
tangisannya membuat lelaki itu tertawa
terbahak-bahak di atas penderitaannya. Dia semakin meluapkan emosinya. Melihat wajah
Sakura-chan yang merah padam, dengan tatapan penuh kebencian, Sasuke-kun mencoba
menenangkan gadis itu, lelaki itu menarik lengan
gadis itu dan memeluknya.
“Aku tau kau masih marah kepada
keluargaku, kau benci dengan kami karena merenggut kebahagianmu, tapi itu di
luar kendali kami. Kau percaya takdir, bukan? Itu yang namanya takdir”
“Apa? Takdir katamu? Seandainya saja
keluargamu itu tidak hadir di dalam kehidupan kami, tentunya aku masih bisa
merasakan kebahagianku. Aku membencimu dan keluargamu, aku rasanya ingin
membunuhmu.” nada Sakura-chan
menjadi tinggi karena luapan kemarahannya itu. Gadis itu terus saja menggoncang-goncangkan
tubuhnya, agar bisa terlepas dari dekapan Sasuke-kun.
“Tenanglah-tenanglah” kata lelaki itu
lembut.
Mendengar perkataan lembut itu Sakura-chan
menjadi terpaku, badannya lemas, dan dia
merasa hatinya ingin terus berada di dekapan
Sasuke-kun. Ada apa dengannya? Apakah
benar dia masih mempunyai rasa pada Sasuke-kun? Gadis polos itu hanyut
dalam dekapan lelaki itu seperti domba dalam dekapan anak harimau. Tiba-tiba
Sasuke-kun mempererat pelukannya. Sakura-chan merasa Sasuke-kun sedang
memangis. Tapi mengapa lelaki itu
menangis? Bukankah yang seharusnya menangis hanyalah
dia? Ada apa dengan lelaki itu?
“Ke... Kenapa kau menangis?” Tanya Sakura-chan
kebingungan.
Tetapi lelaki itu terdiam dan tangisannya
semakin deras saja. Menghujani bahu Sakura-chan. Tanpa tersadar tangan
Sakura-chan bergerak membalas pelukan Sasuke-kun.
“Tenanglah.. Sa… Sasuke-kun, dan
ceritakan kenapa kau menangis. Bukankah yang harusnya menangis itu hanyalah aku.” Sakura-chan tidak bisa menahan kegugupannya. Sebenarnya
itu bukan urusannya jika lelaki itu menangis. Tapi hanya saja ada bagian dari
dirinya yang membuatnya untuk berada di sisi Sasuke-kun. Dia tidak tau alasan
pastinya
Sasuke-kun menghapus air matanya dan
semakin mempererat pelukannya, hingga hal ini membuat Sakura-chan sulit untuk
bernafas. “Aku sangat merindukanmu, mengapa kau pergi 3 tahun silam? mengapa kau meninggalkanku? Sakura-chan. Aku mencintaimu, aku rindu pelukanmu.
Kumohon jangan tinggalkan aku lagi!”
Apa?
Sasuke-kun masih menyukainya? Itu tidak benar,kan? Sakura-chan masih tidak percaya dengan
kata-kata itu.
“Ja… Jawab aku, Sakura-chan! Kenapa kau diam? Apakah kau
sudah tidak mencintaiku lagi?” Sasuke-kun memandang Sakura-chan.
“Bicara,
jangan membuat hatiku menunggu! Aku sudah berusaha mencarimu, dan kukira kita
tidak bisa bertemu lagi! Tapi lihatlah sekarang, ternyata takdir mempertemukan
kita kembali. Kali ini aku tidak akan melepaskanmu, tapi sebelumnya kau harus
menjawab pertanyaanku tadi.”
Sakura-chan hanya terdiam mendengar
semua pernyataan cinta dari Sasuke-kun. Hatinya
berteriak senang dan haru. Tapi hatinya juga marah karena kenyataan pahit itu.
Sasuke-kun menatap tajam Sakura-chan. Lelaki itu masih menunggu jawaban dari
bibir mungil gadis itu. Ia tidak sabar lagi mendengarkan jawaban gadis itu.
“Jawab aku! jawab
aku!” lelaki itu menggoncangkan tubuh Sakura-chan dengan keras.
Sakura-chan hanya terdiam, ia tidak tau
harus jawab apa. Tapi tiba-tiba hatinya menangis dan hal itu membuat butiran
air matanya jatuh begitu saja.
“A… Aku
tidak tau bagaimana perasaanku, aku membencimu dan mencintaimu juga.” Jawab Sakura-chan terbata-bata.
“Hah?”
Tanda tanya menghiasi wajah Sasuke-kun
“Karena kau anak dari lelaki itu! Itu... Itu membuatku ingin membuang perasaanku saja.
Ma.. Maaf.” Jawab Sakura-chan,
air matanya masih terus mengalir.
Tiba-tiba wajah Sasuke-kun semakin
dekat, dan Sakura-chan merasakan bibirnya dicium lembut oleh Sasuke-kun.
Sakura-chan serontak kaget.
“Cobalah untuk membuang rasa bencimu
kepada ayahku, dan mencintaiku sepenuhnya. Lihatlah aku, pandanglah aku.
Cobalah terima keadaanku, Sakura-chan. Aku janji akan menghapus semua
kebencianmu kepada keluargaku, membawamu ke dalam kedamaian dan kebahagiaan.”
Mendengar kata-kata vulgar yang terucap
dari bibir Sasuke-kun yang merona itu, Sakura-chan merasa sangat bahagia,
tiba-tiba ia menangis karena bahagia, dan langsung menarik Sasuke-kun ke dekapannya. Sasuke-kun merasa senang
akan tindakan Sakura-chan dan lelaki itu mencoba untuk menenangkan Gadis polos
itu.
“Tenanglah aku disini.” Lelaki itu sekali lagi
mendekatkan bibirnya ke telinga Sakura-chan. Hawa hangat yang berhembus dari
lelaki itu membuat jantung Sakura-chan berdetak cukup cepat. Wajahnya memerah menahan
malu.
“Maafkan aku. Aku juga sangat
mencintaimu Sasuke-kun, kumohon jangan membuatku menangis!”
“Aku janji.” Sasuke-kun tersenyum, dan
memberi sekali lagi kecupan lembut di kening
Sakura-chan.
Sakura-chan menatap lelaki itu
dengan tatapan hangat dan mengukirkan sebuah senyuman indah dari bibir
mungilnya. Aku ingin selalu begini,
bersama dengan orang-orang yang kucintai. Aku ingin selalu bersama dengan
lelaki yang berada di hadapanku saat ini, hingga maut yang memisahkan kami.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar